Maju

Pembangunan Infrastruktur Tetap Dikebut

PRESIDEN Joko Widodo telah menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur harus terus berjalan untuk menjaga produktivitas dan ketahanan pangan. Pembangunan infrastruktur tidak boleh dilupakan di tengah penanganan pandemi covid-19. “Penanganan covid-19 tetap berjalan, pembangunan infrastruktur tidak kita lupakan,” tegas Presiden Jokowi dalam unggahan video di akun media sosial resminya, Selasa (7/7). Need a fast way to sell your home in Nevada? Check out the options at https://www.home-investors.net/nevada/. Presiden Jokowi mencontohkan pembangunan tol berperan penting di masa pandemi covid-19 untuk menyuplai kebutuhan masyarakat dari bahan makanan hingga alat kesehatan. Sejalan dengan instruksi Presiden Jokowi tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) terus mengebut pembangunan ruas tol, bendungan, dan irigasi, renovasi mulai beberapa pasar rakyat hingga beberapa destinasi wisata. Basuki mengatakan fokus pembangunan Kementerian PU-Pera pada lima tahun ke depan ialah menghubungkan tol dengan kawasan-kawasan strategis seperti pelabuhan, bandara, kawasan industri, dan kawasan pariwisata. Hal itu sesuai dengan visi Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma’ruf Amin untuk 2019-2024. Selain tol, Kementerian PU-Pera membangun lima bendungan baru untuk mendukung ketahanan air dan pangan nasional, khususnya penyediaan air baku sebesar 54,81 m3/detik pada 2024, yakni Bendungan Tiu Suntuk di Nusa Tenggara Barat, Bendungan Sepaku Semoi di Kalimantan Timur, Bendungan Jragung di Jawa Tengah, Bendungan Ameroro di Sulawesi Selatan, dan Bendungan Budong-Budong di Sulawesi Barat. Pembangunan bendungan diikuti pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian, bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena airnya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” kata Menteri Basuki. Menurutnya, pengelolaan sumber daya air dan irigasi itu bertujuan mendukung produksi pertanian yang berkelanjutan. Kehadiran bendungan juga memiliki potensi air baku, energi, pengendalian banjir, dan pariwisata yang akan menumbuhkan ekonomi lokal. Untuk pembangunan infrastruktur sepanjang 2020-2024 tersebut, dibutuhkan dana sebanyak Rp6.445 triliun. Pemerintah hanya menyanggupi Rp2.385 triliun atau 37%, pendanaan BUMN (state owned enterprise/SOE) sebesar Rp1.353 triliun atau 21%, dan pihak swasta sebesar Rp2.707 triliun atau 42%. Program padat karya Selain sebagai proyek strategis, pembangunan infrastruktur tersebut bertujuan mempertahankan daya beli masyarakat dan membuka lapangan pekerjaan di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi akibat pandemi covid-19. Untuk proyek infrastruktur tersebut, pemerintah menerapkan Program Padat Karya Tunai (PKT)/cash for work agar dapat menyerap banyak tenaga kerja. Hingga Juli 2020, Kementerian PU-Pera telah menyerap tenaga kerja sebanyak 387.549 orang dengan total anggaran yang telah disalurkan sebesar Rp4,8 triliun atau sebesar 42,7%. Anggaran program padat karya utamanya digunakan untuk Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3TGAI), pemeliharaan rutin jalan & jembatan, pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah (PISEW), penataan Kota tanpa Kumuh (Kotaku), tempat pengelolaan sampah reduce, reuse, recycle (TPS 3R), penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (pamsimas) dan sanitasi berbasis masyarakat (sanimas), pembangunan baru dan peningkatan kualitas rumah swadaya. Ekonom lembaga kajian Thinks Policy Society Adelia Surya Pratiwi menilai manfaat Program PKT seperti yang dilakukan Kementerian PU-Pera bisa langsung ‘kembali ke rakyat’ dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Dia mengatakan Program PKT kementerian/lembaga seperti dijalankan di Kementerian PU-Pera ialah program belanja modal yang sekaligus bertujuan menciptakan lapangan kerja. Seperti kita ketahui, belanja pemerintah yang langsung dimanfaatkan masyarakat ialah belanja subsidi dan bantuan sosial. “Untuk belanja lain seperti barang, modal, sebetulnya baik juga bila diarahkan ke penyerapan tenaga kerja karena manfaatnya bisa langsung ‘kembali ke rakyat’,” ujar Adelia saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa (11/8). Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/336546-pembangunan-infrastruktur-tetap-dikebut

Pembangunan Infrastruktur Tetap Dikebut Read More »

Indonesia Maju, Optimisme Di Tengah Pandemi

Indonesia maju, optimisme di tengah pandemiMeski tengah menjalani suasana berbeda akibat Pandemi COVID-19, peringatan HUT ke-75 RI tetap akan meriah melalui apa itu yang disebut realitas virtual. Pernyataan itu ditegaskan Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Widodo Muktiyo dalam talk show ‘Newscast’ CNN Indonesia TV yang dipandu Putri Ayungingtyas, Senin (10/8). “Kami sedang mengkonsolidasikan ke kementerian, lembaga dan daerah, bahwa 17 Agustus kali ini kita harus gembira melalui virtual. Ada realitas lain di luar realitas sosial, yakni realitas virtual, termasuk pada prosesi Upacara Bendera 17 Agustus di Istana Merdeka,” kata Widodo dikutip dari siaran pers di Jakarta, Selasa. Ia menyatakan, upacara bendera di Istana Merdeka secara total akan berlangsung secara virtual. “Yang ikut di Istana akan dibatasi, tetapi kami mengundang masyarakat luas untuk mengikuti upacara bendera secara virtual. Kami siapkan tempat untuk 17.845 peserta upacara virtual,” papar Widodo Muktiyo. Guru besar Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Sebelas Maret ini menggarisbawahi bahwa peringatan 75 Tahun Indonesia Merdeka menjadi momentum untuk mengulik optimisme menuju ‘Indonesia Maju’. “Presiden Jokowi menjadi lokomotif membawa bangsa ini menuju kemajuan, dan itu diikuti semua pihak. Termasuk saat mengeluarkan Pepres 82/2020 untuk memastikan keseimbangan penanganan kesehatan dan Pemulihan Ekonomi Nasional sebagai dampak COVID-19,” jelasnya. Terkait maraknya hoaks di masa pandemi, Widodo memaparkan bahwa pemerintah terus berupaya keras memantau dan melakukan upaya mengatasi berita-berita palsu dari media sosial maupun antar percakapan kelompok di telepon pintar. “Hoaks mempengaruhi betul perilaku masyarakat. Kita harus berantas benar penyakit ini,” katanya. Widodo mengingatkan, jangan sampai kita terkena tsunami informasi dan pandemi ini diikuti oleh infodemik, yakni terjadinya informasi berlebih akan sebuah masalah, sehingga kemunculannya dapat mengganggu usaha pencarian solusi terhadap masalah tersebut. “Untuk itulah, Kementerian Kominfo melakukan narasi yang terintegrasi. Narasi positif ini kita kemas multiplatform, baik melalui media konvensional, media sosial dan juga melalui masyarakat berbasis komunitas. Ujungnya, masyarakat memiliki kepercayaan pada informasi yang sehat dan benar,” kata Widodo. Enam bulan di masa COVID-19, Widodo menyimak adanya beberapa perubahan positif di masyarakat, misalnya berkembangnya gaya hidup sehat, gaya hidup konektivitas dan gaya hidup solidaritas. “Itu yang kita olah sedemikian rupa dalam konteks koeksistensi, antara kita sebagai masyarakat yang harus bekerja produktif tapi aman terhadap COVID-19,” terangnya, Widodo juga menegaskan, COVID-19 tak boleh membuyarkan mimpi Indonesia menjadi negara maju saat negeri ini berusia seabad pada 2045. Saat berusia 100 tahun itulah, Indonesia bertekad masuk dalam lima besar negara dengan kekuatan ekonomi dan peradaban terbaik dunia. “Kita harus berani membangun mimpi-mimpi dalam harapan budaya itu. Berprasangka baik bahwa kita bisa menyelesaikan tantangan ini,” katanya. Sementara itu, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Djayadi Hanan menegaskan bahwa pemerintah memiliki modal yang kuat untuk mengajak masyarakat secara bersama-sama mengatasi pandemi COVID-19. “Berbagai jajak pendapat akhir-akhir ini menyatakan, tingkat kepercayaan masyarakat pada pemerintah dan presiden untuk membawa kita keluar masih sangat tinggi, masih di atas 65-70 persen,” katanya. Selain itu, di balik keterpurukan ekonomi yang diakui 70-80 persen masyarakat kita, publik masih cukup rasional untuk tidak sepenuhnya menyalahkan pemerintah. “Ini modal besar bagi pemerintah untuk mengeksekusi rencana-rencananya, memperbaiki yang kurang, serta berfokus pada tiga hal: kesehatan, ekonomi, dan pendidikan,” kata dosen Universitas Paramadina itu. Djayadi mengungkapkan, narasi optimistis bisa dibangun tapi harus berdasar realitas, terutama bagaimana saat penanganan COVID-19 menunjukkan kemajuan berarti dan arah yang jelas dari pemerintah dan publik maupun masyarakat. “Yang penting saat ini, trust atau kepercayaan kepada pemerintah harus benar-benar dijaga. Kepercayaan tidak akan terbangun jika antar pemerintah simpang siur satu sama lain, misalnya,” terangnya. Adapun selebritas yang juga Ketua Umum Siberkreasi Yosi Mokalu menekankan, pada situasi pandemi COVID-19 ini justru para artis dan musisi menunjukkan solidaritasnya. “Pada industri hiburan yang sangat terpukul di masa pendemi inilah terlihat hal yang nyata dari ungkapan ‘Bersama Kita Kuat’. Semua saling membantu,” ungkap pria bernama lengkap Hermann Josis Mokalu itu.

Indonesia Maju, Optimisme Di Tengah Pandemi Read More »

Presiden Komitmen Membuat Papua dan Papua Barat Semakin Maju dan Sejahtera

“Saya minta kebijakan Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat ini dikonsultasikan dengan seluruh komponen masyarakat yang ada di Papua maupun Papua Barat. Ini penting sekali. Kita mengajak bicara seluruh tokoh-tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama yang ada di Papua dan Papua Barat sehingga dapat merumuskan sebuah kebijakan yang terbaik, yang akan membuat Papua dan Papua Barat semakin maju dan sejahtera,” jelas beliau dalam Rapat Terbatas terkait Papua pada Rabu (11/3). Perhatian terhadap Papua dan Papua Barat ini diwujudkan Kementerian PPN/Bappenas melalui penyelenggaraan Strategic Policy Discussion pada Senin (29/6) dengan tema Papua: Meluruskan Masa Lalu, Menatap Masa Depan”. “Komitmen pada Papua yang tinggi itu dapat dilihat dari intensitas Presiden ke wilayah Papua. Sejak menjabat pada periode pertama maupun periode kedua ini, Bapak Presiden sudah sebelas kali mengunjungi Tanah Papua,” jelas Deputi Bidang Politik, Hukum, Keamanan dan HAM Kepala Staf Kepresidenan Jaleswari Primowardani saat membuka diskusi. Komitmen tersebut dilanjutkan dengan dikeluarkannya Inpres No. 9 Tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan Bagi Provinsi Papua dan Papua Barat, di mana seluruh kementerian/lembaga ditugaskan merumuskan langkah terobosan guna mengatasi kesenjangan pembangunan di kedua provinsi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Kementerian PPN/Bappenas sebagai yang ditugaskan menyusun Rencana Aksi Inpres No. 9 Tahun 2017 telah menjalankan fungsinya dengan baik dan berkoordinasi dengan Kantor Staf Kepresidenan, diharapkan dapat menjawab apa yang menjadi komitmen Bapak Presiden untuk kesejahteraan masyarakat di provinsi Papua dan provinsi Papua Barat,” pungkas Jaleswari. Diskusi Kebijakan Strategis ini bertujuan: (1) membahas dinamika geopolitik internasional pada 1950-an hingga 1960-an yang melatarbelakangi konteks sejarah integrasi Irian Barat; (2) membahas pertimbangan hukum internasional dalam konteks sejarah integrasi Irian Barat, khususnya Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) atau the Act of Free Choice pada 1969; (3) membahas konteks sosio-kultural Irian Barat dalam konteks relasi sosial dengan daerah-daerah di Indonesia; (4) Membahas agenda HAM, mediasi, dan proses rekonsiliasi; dan (5) membahas kerangka dan proses pembangunan perdamaian. “Dari sisi perencanaan, Kementerian PPN/Bappenas telah memiliki sejumlah strategi dan pendekatan baru, baik dalam kerangka menerjemahkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 maupun RPJMN 2020-2024, termasuk Inpres No. 9 Tahun 2017 tentang percepatan pembangunan kesejahteraan di provinsi Papua dan provinsi Papua Barat,” jelas Staf Ahli Menteri PPN Bidang Pemerataan dan Kewilayahan Oktorialdi. Strategi percepatan pembangunan dilaksanakan dengan perwilayahan komoditas berbasis kearifan komunitas di tujuh wilayah adat di Papua, sementara pendekatan yang digunakan adalah mengidentifikasi potensi wilayah serta menjembatani proses pembangunan dan pengembangannya dari hulu ke hilir atau yang dikenal dengan pendekatan Tematik, Holistik, Integratif dan Spasial (THIS). Oktorialdi juga menjelaskan dukungan regulasi dalam konteks revisi UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. Menurut beliau, revisi UU Otonomi Khusus Papua itu setidaknya mencakup enam kerangka utama, yakni kerangka kewenangan, kelembagaan, pembangunan strategis, sumber daya manusia, politik, hukum dan HAM serta kerangka keuangan. Hal itu dimaksudkan agar implementasi program pembangunan, baik dalam RPJMN 2020-2024 maupun kebijakan-kebijakan pembangunan nasional, memiliki pijakan yang kuat di tingkat implementasi. Tokoh Papua Laksamana Madya (Purn) Freddy Numberi menyampaikan Resolusi PBB Nomor 1514 (XV) pada 14 Desember 1960 mendorong banyak negara yang dijajah untuk menuntut kemerdekaan. Sebagai penguasa wilayah koloni Hindia Belanda (sampai New Guinea), Belanda harus mengakui kemerdekaan Indonesia dan harus melepas koloni Papua sebagai bagian dari jajahannya dalam wilayah Hindia Belanda. Belanda juga telah menandatangani Atlantic Charter pada Agustus 1941 yang di antaranya menegaskan zaman imperialisme telah berakhir dan hak kemerdekaan harus diakui. Peristiwa Bung Karno mengobarkan semangat Trikora 19 Desember 1961 dan didukung fakta pertempuran Laut Arafura pada 15 Januari 1962 antara Belanda dan Indonesia, di mana Komodor Yos Soedarso gugur bersama awak KRI Macan Tutul, semakin meyakinkan Presiden John F. Kennedy bahwa Bung Karno sangat serius mempertahankan Papua sebagai bagian NKRI. Pengacara HAM Papua Pieter Ell dalam paparannya menyampaikan pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) merupakan suatu solusi yang selama 20 tahun belum dibentuk untuk menyelesaikan masalah pelanggaran HAM di Papua. Kasus pelanggaran HAM masa lalu juga dapat diselesaikan komisi ini, yaitu melalui rekonsiliasi. Hal yang terpenting adalah menatap masa depan sehingga tercipta Papua Tanah Damai. Sementara John NR Gobay, selaku Dewan Adat Papua menyampaikan hubungan Papua dengan kesultanan Ternate dan Tidore sudah terjadi sejak 1500-an, dan VOC mengakui kekuasaan kesultanan Ternate dan Tidore mencakup sebagian Pulau Papua. Penyelesaian masalah di Papua membutuhkan pendekatan khusus dan perlu dituangkan dalam kebijakan nasional, distorsi sejarah perlu diselesaikan melalui pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KRR) sebagaimana tertuang dalam amanat pasal 46 UU 21 Tahun 2001 melalui usulan Gubernur dan ditetapkan melalui Kepres. KRR menjadi wadah bagi rakyat Papua berbicara melalui dialog damai. Anggota MRP Provinsi Papua Markus Kayoi menyampaikan melanjutkan kemajuan Tanah Papua yang dituangkan melalui UU Otonomi Khusus sebagai hasil dari win-win solution dan UU hasil kebijakan politik. Majelis Rakyat Papua dan Papua Barat telah memberikan rekomendasi kepada Presiden agar melakukan dialog yang bermartabat dengan semua pihak guna meminimalisasi kekerasan di masa depan. Amanat UU Otonomi Khusus menyebutkan bahwa MRP merupakan forum yang dapat melakukan rapat dengar pendapat dengan semua pihak dan menjadi rekomendasi kepada pemerintah pusat. Guru Besar UI sekaligus Rektor Universitas Ahmad Yani Hikmahanto Juwana menyampaikan bahwa pelanggaran HAM dapat diselesaikan dengan semangat lebih terbuka dan saling menghormati sebagai bentuk demokrasi yang sudah dibangun para pendiri bangsa terdahulu. Hal penting lainnya adalah perlunya melihat geopolitik ke depan dengan melihat sejarah geopolitik masa lalu. Selanjutnya Duta Besar RI untuk Australia 2003-2005 dan Duta Besar RI untuk Tiongkok 2010-2013 Imron Cotan menyampaikan sejarah Belanda menyerah dari Jepang dan melarikan diri ke Australia sehingga banyak tahanan politik Belanda asal Boven Digoel dimakamkan di Kaura di Australia. Ketika Jepang menyerah kepada Sekutu, Belanda melihat peluang dan mencoba menancapkan kekuasaannya kembali di Indonesia melalui Australia. Sejumlah permasalahan lainnya yang dibahas dalam Strategic Policy Discussion tersebut antara lain perbedaan perspektif terkait sejarah integrasi Papua ke dalam kedaulatan Indonesia, kesenjangan ekonomi dan sosial, isu diskriminasi, keadilan hukum dan penegakan HAM. Solusi yang ditawarkan adalah pemerintah menggelar dialog dan rekonsiliasi untuk Papua yang damai di masa depan. Selain itu, narasumber mengajak generasi muda Papua untuk mempelajari sejarah integrasi Papua ke dalam NKRI dengan baik dari sumber bacaan yang autentik, bukan dari sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara faktual-ilmiah. Di sisi lain, rakyat Papua harus

Presiden Komitmen Membuat Papua dan Papua Barat Semakin Maju dan Sejahtera Read More »