Nilai tukar rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan, Senin (26/8/2024). Menurut Bloomberg, rupiah menguat 0,35 persen atau 53 poin ke posisi Rp15.438 per dolar AS.
Analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan penguatan rupiah tidak terlepas dari pengaruh pidato Ketua The Fed, Jerome Powell. Pada pertemuan Jackson Hole akhir pekan lalu, Powell memberi sinyal kuat terhadap pemangkasan suku bunga acuan.
“Sudah waktunya menyesuaikan kebijakan,” katanya mengutip pernyataan Powell. Hal ini karena risiko inflasi telah berkurang sementara risiko penurunan lapangan kerja meningkat.
Menurut Ibrahim, Ketua The Fed itu melihat laju inflasi sudah mengarah ke target sebesar dua persen. Di sisi lain, Powell menegaskan akan mendukung penguatan pasar tenaga kerja melalui pemangkasan suku bunga.
Pelaku pasar melihat peluang sebesar 65 persen terhadap pemangkasan suku bunga The Fed pada September 2024. Mereka memperkirakan pemotongan suka bunga akan sebesar 25 basis poin.
Sementara itu, konflik geopolitik berupa prospek gencatan senjata di Gaza masih mempengaruhi sentimen pasar uang. Sejauh ini negosiasi belum menghasilkan kesepakatan konkret dan masih akan berlangsung pada beberapa hari mendatang.
Dari dalam negeri, semakin meredanya ketegangan politik juga ikut menopang penguatan rupiah terhadap dolar AS. Menurut Ibrahim, Bank Indonesia melihat faktor politik tidak lagi berdampak signifikan pada gejolak ekonomi.
“Kami melihat kontraksi yang dialami rupiah tidak terlalu parah,” ucap Ibrahim. Menurut dia, masyarakat Indonesia juga semakin dewasa menanggapi dinamika politik dalam negeri, selain fundamental ekonomi Indonesia yang kuat.