Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) 2024 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) akan kembali digelar pada Sabtu, 30 Agustus 2024 di Mall Kota Kasablanka, Jakarta.
Acara yang telah berlangsung sejak 2015 ini mengangkat tema “Can Middle Powers Calm the Storm and Fix the World?”, dengan fokus utama pada peran negara-negara kekuatan menengah dalam menjaga stabilitas dunia.
Tahun ini, CIFP bertepatan dengan satu bulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang baru saja menyelesaikan rangkaian kunjungan internasionalnya.
Ketua dan Pendiri FPCI, Dr. Dino Patti Djalal, menegaskan pentingnya kontribusi Indonesia sebagai kekuatan menengah dalam menghadapi tantangan global. Dalam sambutannya, Dino menyebut CIFP menjadi ruang pertemuan berbagai elemen masyarakat, termasuk mahasiswa, peneliti, wartawan, dan pembuat kebijakan.
“Animonya luar biasa. Tahun ini, kami berhasil menggandeng 28 universitas dari seluruh Indonesia dan mencatat lebih dari 7.500 pendaftar secara daring. Ini menunjukkan semangat generasi muda dalam memahami isu-isu global yang berdampak langsung pada kehidupan kita,” ungkap Dino, dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa 26 November 2024.
CIFP 2024 juga menghadirkan diskusi panel yang membahas tema-tema penting, seperti:
Tantangan, Risiko, dan Peluang Kebijakan Luar Negeri di bawah Presiden Prabowo.
Strategi Diplomasi Ekonomi untuk mencapai pertumbuhan 8%.
Bagaimana middle powers, termasuk Indonesia, bisa menjadi game changers di tengah krisis global.
Dalam kunjungannya ke luar negeri, Presiden Prabowo berupaya memperkuat hubungan bilateral, termasuk saat menghadiri KTT APEC di Peru dan KTT G20 di Brasil. Berbagai langkah ini dinilai sebagai upaya untuk menegaskan posisi Indonesia sebagai pemain utama di Asia Tenggara dan Global South.
Selain diskusi strategis, konferensi yang menginjak tahun ke-10 ini juga menjadi ajang untuk merefleksikan A Decade of Citizen Diplomacy. FPCI secara konsisten mempromosikan isu internasional melalui pendekatan inklusif. Tahun lalu, CIFP berhasil menghadirkan lebih dari 11.000 peserta, menjadikannya festival diplomasi terbesar di Indonesia.
CIFP 2024 terbuka untuk umum tanpa biaya dan menghadirkan berbagai tokoh penting, seperti Menko Airlangga Hartarto, Wamen Stella Christie, serta sejumlah pakar dan diplomat internasional. Melalui forum ini, diharapkan kebijakan luar negeri Indonesia dapat lebih solid dan berdampak positif, tidak hanya bagi kawasan, tetapi juga dunia.