Sekitar 3.000 personel tentara Angkatan Laut (AL) dari 38 negara yang menghadiri Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) V Tahun 2025 dan International Maritime Security Symposium (MISS) VI akan gelar latihan bersama selama seminggu di perairan Bali sejak, Minggu (15/2) hingga Sabtu (22/2).
Pembukaan kegiatan latihan non perang yang digelar di Pelabuhan Benoa, Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar ini rencananya akan dihadiri Presiden RI Prabowo Subianto.
Negara-negara yang terlibat dalam latihan bersama ini adalah negara besar yang memiliki pengaruh kuat. Misalnya, Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris, Prancis, dan Uni Emirat Arab. Latihan ini digelar dalam rangka bantuan kemanusiaan apabila suatu negara menghadapi bencana alam. Hal yang dilatih dalam MNEK 2025 adalah kolaborasi komunikasi untuk mengirimkan aset militer ke negara yang ditimpa bencana alam. Siapa yang akan meng-handle bantuan kemanusiaan bencana alam sehingga terkoordonasi dengan baik dan tepat sasaran. Dalam kegiatan nanti Indonesia selaku tuan rumah akan mengerahkan 17 Kapal Perang (KRI). Sementara alutsista asing terdiri dari 21 kapal perang, 5 heli, dan 3 MPA.
Untuk mewarnai gelaran 5th MNEK 2025 diantaranya Engineering Civic Action Program (ENCAP) akak digelar program kemanusiaan dengan membangun fasilitas umum seperti jalan dan tempat ibadah di desa Antiga Kelod, Kabupaten Karangasem. Selain itu terdapat Medical Civic Action Program (MEDCAP), yaitu program bakti kesehatan kepada masyarakat yang meliputi pemeriksaan kesehatan lengkap, pemeriksaan kesehatan gigi, sunatan massal, donor darah, operasi medis kecil di KRI dr Wahidin Sudiro Husodo-991 (KRI WSH-991) yang akan sandar di Dermaga Tanah Ampo, Kabupaten Karangasem pada 17 Februari ini.
Sementara dalam kegiatan IMSS setiap negara yang hadir membagikan pengalaman dalam menangani bencana alam di negaranya. Misalnya, Indonesia punya pengalaman menangani bencana alam tsunami Aceh tahun 2004 silam. Demikian juga negara lainnya menceritakan pengalaman masing-masing. Kegiatan The 5th MNEK yang mengusung tema “Maritime Partnership for Peace and Stability” ini juga bertujuan untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama antara negara-negara peserta, berkontribusi pada pemeliharaan dan peningkatan stabilitas keamanan, meningkatkan interoperabilitas serta meningkatkan profesionalisme prajurit matra laut.
“Persiapan akhir sudah dilaksanakan. Koordinasi dengan defense atase dari berbagai negara sudah dilaksanakan. Kita bersyukur animo dari peserta ini sangat tinggi. MNEK ini sejak digelar sejak 2014 selalu ramai. Inilah salah satu bukti bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam percaturan regional maupun internasional,” ungkap Asisten Operasi Kasal, Laksda TNI Yayan Sofiyan saat gelar jumpa pers di Nusa Dua, Kamis (13/2) malam.
Dikatakannya, Indonesia yang berada di Indo Pasifik memiliki peran yang vital. Kegiatan ini juga mendukung kebijakan Presiden Prabowo Subianto. MNEK ini akan memperkuat hubungan diplomasi antar negara melalui diplomasi militer. “Kegiatan ini memperkuat kebijakan luar negeri pemerintah maupun TNI. Kehadiran negara besar dalam kegiatan ini menunjukkan betapa pentingnya Indonesia dalam percaturan regional maupun internasional,” ungkap jenderal bintang dua di pundak ini.
Kegiatan ini akan memberikan multiplier effect terhadap berbagai kepentingan nasional Indonesia. Politik luar negeri Indonesia bebas berkolaborasi. Kegiatan ini tidak akan menghambat kegiatan nelayan, tetapi justeru melibatkan nelayan. Nelayan akan ikut parade dengan kapal perang. Nelayan merupakan bagian dari komponen cadangan TNI AL. “Nanti akan ada 21 kapal perang asing. Masing-masing membawa ratusan personel. Sekitar 3.000 Tentara Angkatan Laut dari berbagai negara bertemu dalam kegiatan MNEK di Bali. Sementara dari aspek tourism kegiatan ini juga berdampak positif. Sejumlah paket wisata selama kegiatan berlangsung akan bergerak cepat,” bebernya.
Sebagai tuan rumah, lanjut Laksda TNI Yayan Sofiyan, Indonesia mempunyai tanggung jawab atas pengamanan terhadap semua tamu yang datang. Untuk pengamanan tak hanya TNI AL tetapi juga melibatkan pengamanan TNI AD (Kodam IX/Udayana), TNI AU (Lanud Ngurah Rai), Polri (Polda Bali), para tokoh adat, dan instansi pemerintahan di Bali. Selain aset kapal perang asing juga hadir pejabat dari negara-negara yang terlibat.
Khusus untuk TNI AL telah membentuk Satgas khusus untuk pengamanan. Satgas ini telah berkomunikasi dengan seluruh stakeholder security yang ada di Bali, seperti Polda Bali, Kodam IX/Udayana, Pemprov Bali, Bakamla, para tokoh adat, dan lainnya. Ini adalah event nasional yang membutuhkan dukungan dari semua elemen. “Kita bertanggung jawab bersama event besar nasional ini. Ini adalah kehormatan kita semua. Panglima Armada Pasifik Amerika Serikat bersama delapan kepala staf angkatan laut dari negara-negara lainnya akan hadir dalam kegiatan itu.
Negara yang hadir juga menghadirkan kapal perang,” tuturnya. Seluruh partisipan yang menghadirkan kapal perang diberikan kesempatan untuk sandar di Pelabuhan Benoa. Pada saat itu masyarakat bisa berkunjung. Masyarakat bisa melihat kapal perang Amerika Serikat, kapal perang Rusia, dan kapal perang negara lainnya. “Kapal itu nanti akan gelar open ship yang merupakan salah satu tradisi angkatan laut dunia. Kapal perang Korea Selatan dan Prancis sudah tiba di Indonesia. Sementara kapal perang negara lainnya masih dalam perjalanan,” pungkasnya.