Dalam 10 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pembangunan infrastruktur dilakukan secara masif dan merata. Pembangunan jalan desa, misalnya, tak hanya menjadi penanda pembangunan infrastruktur secara fisik melainkan pembangunan peradaban baru yang Indonesia sentris bagi semua elemen, termasuk petani.
Pada sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 16 Agustus 2024, Presiden Jokowi menyinggung tentang capaian pembangunan jalan desa yang meningkatkan konektivitas antarwilayah. Pembangunan itu merupakan pembangunan yang Indonesia sentris yang dimulai dari wilayah desa, terluar, dan terpencil.
Berdasarkan catatan Presiden Jokowi, dalam 10 tahun terakhir pemerintah telah membangun 366.000 kilometer jalan desa, 1,9 juta meter jembatan desa, dan 2.700 kilometer jalan tol baru, 6.000 kilometer jalan nasional, 1,1 juta hektare jaringan irigasi baru, 43 bendungan, dan 50 pelabuhan serta bandara baru.
Kisah petani asal Lampung, Katwanto, yang menceritakan pengalamannya dalam mengakses jalan desa begitu menggugah. Katwanto merupakan petani asal Desa Jagang, Lampung, yang merasakan manfaat pembangunan jalan desa. Ia merasa gembira karena waktu tempuh dari rumah menuju sawahnya kini hanya 10 menit dari sebelumnya memakan waktu 30 menit.
Tidak hanya waktu tempuh, Katwanto juga bercerita pengalamannya yang menempuh jalan desa menuju sawah tanpa bersusah payah. Jalan desa yang kini ia lalui tidak berlubang, mulus, yang sangat efisien menunjang mobilitas petani desa.
“Jalannya mulus seperti jalan tol,” kata Katwanto.
Pembangunan jalan desa dan juga seluruh infrastruktur yang dilakukan Presiden Jokowi dalam 10 tahun terakhir menjadi simbol pemerataan akses ekonomi yang berkeadilan. Pasalnya, hadirnya pembangunan yang Indonesia sentris ala Presiden Jokowi ini mampu menurunkan biaya logistik pada 2023 menjadi 14% yang semula masih cukup tinggi sebesar 24%.
Berdasarkan penelitian SMERU yang dilakukan pada 2014-2017, pembangunan serta perbaikan jalan di desa dapat mempersingkat waktu tempuh siswa dan guru dalam melakukan aktivitas pendidikan. Terhitung berdasarkan penelitian tersebut, para siswa dan guru di desa dapat menghemat perjalanan mereka sebesar 30% hingga 50% waktu tempuh.