Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengajak pondok pesantren menjadi agen kontra narasi melalui dakwah yang rahmatan lil alamin. Hal ini sebagai upaya mencegah generasi muda terpapar ideologi menyimpang.
“Keterpaparan hari ini yang paling tinggi adalah melalui sosial media. Bahkan dengan media sosial bisa menjadi radikal dengan sendirinya dengan membaca konten-konten menyimpang,” ujar Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar, Sabtu (25/2/2023).
Terkait hal ini, BNPT sebelumnya telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Majelis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren Se-Indonesia (MP3I) di Menara Peninsula Hotel, Jakarta pada Jumat 24 Februari 2024.
Boy Rafli berharap pesantren dapat menyebarkan narasi-narasi dan dakwah-dakwah Islam rahmatan lil alamin untuk memagari para santri khususnya, dan para pemuda generasi penerus bangsa agar tidak terpropaganda ideologi radikal intoleran.
Boy Rafli menyebutkan pesantren memiliki peran penting sebagai garda terdepan lembaga pendidikan berbasis agama untuk meluruskan pemahaman dan menghindari penyalahgunaan yang mengatasnamakan agama sebagai alat propaganda pemecah belah persatuan.
Menurut Boy Rafli, dalam menciptakan rasa aman bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dari gangguan paham radikal intoleran, BNPT perlu melakukan sinergi dengan banyak pihak tidak terkecuali dengan MP3I.
“Kolaborasi dalam pencegahan paham radikal dan intoleran dapat berjalan dengan baik serta dapat kita wujudkan dengan aksi nyata dalam rangka melindungi kepentingan negara dan bangsa, sehingga tercipta rasa aman bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” tuturnya.
Selama ini, kata dia, BNPT telah melakukan banyak aksi nyata dalam melibatkan generasi muda termasuk para santri untuk pencegahan paham radikal intoleran. BNPT pun telah beberapa kali memberikan pelatihan kepada para santri berupa pengenalan dan pembuatan konten serta narasi positif dalam rangka memperkuat nilai persatuan dan kesatuan.