Zahla (24 tahun) sedikit was-was dengan kesehatannya. Meski masih berada di usia muda, ia terus terbayang riwayat penyakit diabetes yang menjadi momok buatnya belakangan ini. Dia mengira, nasibnya bakal kurang lebih sama dengan ayahnya yang mengidap diabetes. Kekhawatiran ini kian bertambah karena gaya hidupnya yang tidak sehat. Apalagi, seumur hidupnya, Zahla belum pernah melakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh alias medical check up (MCU). Ada berbagai alasan yang menyertai Zahla belum melakukan pemeriksaan kesehatan. Mulai dari biaya yang cukup besar hingga alur yang menurutnya terkesan “ribet”. “Ada riwayat penyakit diabetes dari ayah. Saya sudah mulai kurangi gula, tapi masih suka begadang,” cerita Zahla kepada Validnews, Senin (17/2). Tapi ke depan, dirinya tak menutup keinginan untuk ikut melakukan cek kesehatan. Adalah cek kesehatan gratis yang diusung oleh Presiden Prabowo Subianto membuatnya tertarik melakukan itu. “Berminat untuk ikut cek kesehatan gratis. Apalagi kalau gratis dan tidak ribet. Menurut saya bagus program ini,” imbuhnya. Berbeda dengan Zahla, Danira (29 tahun) justru telah ‘akrab’ dengan istilah medical check up. Mulai dari pemeriksaan darah, elektrokardiografi (EKG), mamae, pap smear, pemeriksaan umum, gigi, mata, hingga rontgen, rutin dilakoninya setiap satu kali dalam setahun. Ibu dari dua anak ini mengakui rutinitas ini merupakan kebiasaan dari perusahaan untuk melakukan tes kesehatan bagi karyawannya. Hal ini agar mendeteksi sedini mungkin setiap gangguan kesehatan yang terjadi hingga menjamin keselamatan dan kesehatan karyawan selama bekerja. Selain tuntutan dari kantor, dirinya juga menyadari perlunya melakukan cek kesehatan sejak masih usia muda. “Sangat penting agar bisa mengetahui kesehatan kita secara berkala, dan jika ditemukan adanya temuan gangguan kesehatan dapat dilakukan penanganan dengan cepat,” kata Danira kepada Validnews, Senin (17/2). Perempuan kelahiran 1995 ini pun menyambut antusias adanya program cek kesehatan gratis saat ulang tahun. Dirinya mengetahui hal ini dari beberapa informasi yang beredar di media sosial. Kado dari NegaraProgram cek kesehatan gratis (CKG) disebut-sebut sebagai “kado” ulang tahun dari negara kepada masyarakat digelar sejak Senin (10/2) ini. Pengecekan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia dan mengurangi beban penyakit yang bisa dicegah. Mengutip laman Sehat Negeriku besutan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), program CKG hadir sebagai upaya preventif pemerintah terhadap berbagai penyakit yang banyak terjadi di Indonesia. Pemeriksaan kesehatan ini mencakup berbagai jenis penyakit yang bisa dicegah melalui deteksi dini. Karena, tingginya angka kematian akibat penyakit yang seharusnya bisa dicegah. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memetakan beban penyakit berdasarkan siklus hidup masyarakat Indonesia. Mulai dari bayi, balita, remaja, dewasa, hingga lansia. Oleh karena itu, CKG dilaksanakan berdasarkan siklus hidup masyarakat. Fokus utama pada tiga momentum pelaksanaan, yakni CKG ulang tahun, CKG sekolah, dan CKG khusus untuk ibu hamil dan balita. Khusus untuk CKG ulang tahun, dimulai pada 10 Februari 2025 untuk pemeriksaan anak usia 0-6 tahun serta masyarakat usia 18 tahun ke atas. Pemeriksaan kesehatan ini akan dilakukan di Puskesmas dan klinik yang telah bekerja sama. Masyarakat bisa mendapatkan pelayanan CKG mulai dari hari ulang tahun plus 30 hari. Oleh karena itu, masyarakat bisa mengakses layanan kesehatan tanpa harus menunggu lama. Adapun, jenis pemeriksaan dalam CKG sangat bervariasi, mulai dari skrining kekurangan hormon, penyakit jantung bawaan, hingga pemeriksaan gizi, telinga, mata, dan tekanan darah. Untuk usia dewasa dan lansia, fokus pemeriksaan akan mencakup risiko stroke, jantung, kanker, serta kesehatan mental dan fisik. Tak tanggung-tanggung, pemerintah mengalokasikan anggaran pelaksanaan CKG sebesar Rp4,7 triliun pada 2025. Sebesar Rp3,4 triliun didapatkan dari APBN. Untuk tahun ini, Kemenkes menargetkan dapat menyasar 100 juta peserta. Di sisi lain, Data Kemenkes menunjukkan, baru sebesar 39,8% masyarakat yang telah skrining penyakit tidak menular. Artinya, sekitar 60,2% masih belum pernah melakukan skrining. Petugas Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Aji menjelaskan, sejatinya program cek kesehatan gratis menyasar seluruh kalangan masyarakat. Namun, saat ini pemerintah memprioritaskan bagi masyarakat menengah bawah terlebih dahulu. “Sekarang kita kan sebetulnya menyasar yang belum pernah sama sekali (cek kesehatan). Jadi, 60% penduduk Indonesia belum pernah deteksi kesehatan, misalnya kayak petani, nelayan, buruh, tukang ojek,” ungkap Aji kepada Validnews melalui sambungan telepon, Senin (17/2). Menurut Aji, program cek kesehatan gratis dapat mencegah angka kematian akibat penyakit lebih banyak. Lantaran, program ini memiliki dampak ikutan. Salah satunya, masyarakat bisa menerapkan pola hidup yang lebih sehat. Dia memberikan contoh, penyebab kematian tertinggi saat ini adalah penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, kanker, dan diabetes. Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyakit katastropik atau penyakit kronis yang membutuhkan biaya pengobatan tinggi dan berisiko mengancam jiwa. Dengan adanya cek kesehatan lebih dini, maka diyakini dapat mengurangi pertumbuhan penyakit-penyakit tersebut. Alhasil, paradigma dapat diubah, jangan tunggu sakit baru berobat. “Kalau sebetulnya kita bisa mengurangi itu, misalnya dia kanker, sudah ketahuan di stadium 1, misalnya. Ketimbang dia baru ada deteksi di stadium 3 atau 4 yang sudah lanjut, yang butuh penanganan lebih kompleks dan biaya tinggi ya. Nah, kalau bisa dia katakan di stadium 1, maka dia peluang untuk sembuh, itu kan sehat lagi seperti normal kan lebih tinggi. Sehingga tidak butuh biaya besar juga untuk penanganan lanjutannya. Dia bisa lebih produktif, sehat lagi, bahagia, dan seterusnya,” papar dia. Kurangi Beban PembiayaanSelain menerapkan pola hidup lebih sehat, dengan adanya program cek kesehatan gratis juga diyakini dapat mengurangi beban pembiayaan kesehatan bagi masyarakat maupun bagi negara. Tapi sayangnya, Kemenkes belum memiliki proyeksi berapa besar penghematan pembiayaan kesehatan yang bisa dilakukan lewat program ini. Lantaran, program ini masih terbilang anyar dan masih perlu survei dampaknya setelah beberapa bulan hingga beberapa tahun berjalan. “Belum bisa (kasih proyeksi penghematan.red), kita baru seminggu. Itu bisa kita lakukan, kita ukur, kita survei nanti dampaknya mungkin setelah beberapa bulan, atau setelah program ini berjalan setahun, dua tahun, kita survei dulu. Kayak dulu aja zaman vaksinasi covid kan ada survei gitu, seberapa sih imunitas tubuh kita naik, itu nanti disurvei lagi,” terang Aji. Meski demikian, Aji menjamin program ini akan terus dilakukan setiap tahun, minimal sampai rampungnya periode pemerintahan era Prabowo Subianto karena program cek kesehatan gratis sudah masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Dihubungi terpisah, Koordinator Advokasi BPJS Watch Timboel Siregar mengamini bahwa dengan cek kesehatan sedari dini, otomatis dapat menekan pembiayaan kuratif JKN yang semakin membengkak. Berdasarkan laporan keuangan BPJS Kesehatan pada 2023, pendapatan iuran tercatat sebesar Rp151,70 triliun. Sedangkan beban jaminan kesehatan sebesar Rp158,85 triliun, sehingga, claim ratio atau beban terhadap pendapatan sebesar 104,72%. Kemudian, pada 2024 jumlahnya naik,